Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi Negeri Kabut Karya Oei Sien


Puisi Negeri Kabut Karya Oei Sien

puisi negeri kabut karya oei sien thwan

1. puisi negeri kabut karya oei sien thwan


OEI SIEN TJWAN

NEGERI KABUT

negeriku jauh terbaring lelap di genggaman mimpi kanak-kanak
ada cemara-cemara tersangkut di hatinya
itulah musik kecil dengan lampu-lampu biru
di mana suara gaib mengalir bagai tetesan embun
seputarnya meleleh kapas-kapas putih
sayap-sayap merpati
api unggun
kejab mata malaikat
yang di musim panas atau dingin
selalu meringkuk di ranjang pengantin
berselimut tebal-tebal

Jakarta 1975



2. bagaimana naskah puisi negeri kabut karya oei sien tjwan?


dk tahu aku susah nian nyarinyo 

3. Teks puisi negeri kabut karya oei sien tjwan



                             Negeri Kabut                      (Cipt : Oei Sien Tjwan)

Negeriku jauh terbaring lelap di genggaman mimpi kanak-kanak
Ada cemara-cemara tersangkut di hatinya
Itulah musik kecil dengan lampu-lampu biru
Di mana suara gaib mengalir bagai tetesan embun
Seputarnya meleleh kapas-kapas putih
Sayap-sayap merpati
Api unggun
Kejab mata malaikat
Yang di musim panas atau dingin
Selalu meringkuk di ranjang pengantin
Berselimut tebal-tebal

(Jakarta 1975)

Semoga bermanfaat.


4. tuliskan sebuah puisi yang berjudul Kabut​


Jawaban:

Dipagi ini,kamu menyambutku dengan dinginmu.

Menyelimutiku dengan aroma basah.

Memeluk mentari seolah merindu.

Memberontak selumut putih yang kau bentang.

Wahai kabut pagi

Sambutlah pagiku dengan hangatmu.

Seolah olah membakar seluruh raga.

Meluruhkan dinginnya mimpi.

Menyambutnya dengan senyum


5. parafrase puisi kabut


KABUT
Kabut siapa yang turun dia yang merebut dari orang-orang di sudut seperti badut tertawa tanpa sebab menari, tanganya mengepak berharap ke awan
Tidak, itu kabut.
Kabut siapa yang naik dia yang merebut dari saut menyaut kabar jatuh tepat ke dinding hati yang kabut yang carut, yang dangdut, yang lembut, sampai pada cahayamu yang hubbu hamba.
Sampangan 30 April 2014             Dalam puisi “Kabut” di atas, secara berturut-turut kata kabut muncul dalam setiap bait. Bagi saya ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan penulis melalui kata kabut, sehingga penyair merasa perlu untuk sering-sering melafalkannya. Atau barangkali kata kabut sengaja digunakan oleh penyair untuk mengaburkan/ menyamarkan kata kabut, karena menurut saya ada beberapa pemaknaan terhadap kata kabut. Namun, yang paling pokok dalam sajak di atas adalah bagaimana pemahaman kita terhadap kabut sebagai matrix sekaligus sebagai imaji inti. Dalam puisi di atas, SS seolah ingin menciptakan dirinya sebagai narrator yang menghidupkan percakapan di dalam sajaknya. Ketika membacanya berulang-ulang, seolah ada yang terus bercakap, sekaligus ada yang sedang berseteru, berebut, untuk mengungkapkan “apa itu kabut” yang berkali muncul itu. Ketika diucapkan dengan rima dan irama, terasa sekali kata kabut seolah menjadi semacam penyapaan atau panggilan oleh seseorang di dalam sajak kepada sesuatu yang sifatnya gaib dan tidak nyata yang merujuk pada kabut (di awal sajak) sebagai sesuatu yang kasat mata ketika pagi hari. Ketika suasana begitu kelam dan suram, ketika semua jendela udara masih tertutup rapat oleh gelap, tetapi telah ada yang berbicara risik-risik, entah dengan dirinya sendiri, entah pula dengan “Yang Maha Kabut”. Suara risik-risik, pula percakapan gaib itu seperti tampak dalam baris berikut ini, “Kabut/ siapa yang turun/ dia yang merebut dari/ orang-orang di sudut seperti badut/ tertawa tanpa sebab/ menari, tanganya mengepak berharap ke awan// Tidak, itu kabut”. Seseorang di dalam sajak itu seolah bercerita kepada “Kabut”, kemudian berkata bahwa ada “dia” yang “turun” menemui lantas “merebut” hati “orang-orang di sudut”, di pinggiran itu dengan celotehan-celotehan mirip “badut” supaya orang-orang tertarik padanya dan melihat dirinya dengan kegembiraan juga penuh harapan. Tapi akhirnya seolah ada yang berbicara lagi (sebagai suara narrator yang lain), menyangkal dan menerka, bahwa itu kabut: yang kelam dan suram itu, bahwa yang “menari, tanganya mengepak berharap ke awan” itu bukan badut, tapi “…itu kabut” sesuatu yang suram dan sesaat. Dilanjutkan dalam bait ketiga, “Kabut/ siapa yang naik/ dia yang merebut dari/ saut menyaut/ kabar jatuh tepat ke dinding hati yang kabut/ yang carut, yang dangdut, yang lembut, sampai/ pada cahayamu yang hubbu hamba”. Ada penyapaan lagi terhadap “Kabut” secara gaib, sejalan dengan itu, seseorang di dalam sajak memulai bercerita lagi bahwa “dia” yang berhasil “merebut dari/ saut menyaut”-lah yang akan menang dan “naik” menuju singgahsana yang didambanya. Seketika itulah yang terlihat sebagai “kabar” telah sampai dan “jatuh tepat ke dinding hati yang kabut”, ke dalam perasaan yang serba carut, riuh, bahkan pasrah. Sebab seperti keberadaan “kabut” di pagi buta tentu segera akan muncul suatu pagi dengan sinar cahayanya, berupa harapan dari cinta-kasih atas kemurahan-Mu, “…, sampai/ pada cahayamu yang hubbu hamba” ***  Dari penjabaran di atas dapat saya katakan bahwa secara kesatuan puisi, makna “kabut” dapat berupa sapaan kepada Tuhan “Yang Maha Kabut”, yang doa. Juga “kabut” sebagai artian yang lain, yakni yang suram, sementara/ sesaat, serta “kabut” dalam artian perasaan yang kelam, atau tidak jelas. Selain itu, saya katakan bahwa puisi SS berjudul “Kabut” merupakan puisi liris. Hal itu dapat diketahui dari banyaknya permainan bunyi yang dimiliki SS, juga penciptaan imaji dalam puisinya yang begitu kental. Oleh karena pemaknaannya pun tak terlepas melewati dari kedua hal itu. Dalam satu bagian, saya setuju dengan pendapat Iqbal yang menyatakan bahwa puisi “Kabut” jika dilihat dari situasi pembuatannya (melalui tanggalnya) dan pemaknaan yang sudah dilakukan mengacu pada situasi politik dan pemerintahan yang sedang terjadi. Tetapi dalam bagian yang lain saya menolak pendapat Iqbal jika “Sule gagal menggiring pembaca (minimal saya) untuk masuk ke dalam alam pikirannya. Saya tidak digiring olehnya untuk merasai apa yang dirasainya. Seakan, Sule hanya menuliskan mantra; yang ruwet, dan hanya dia dan tuhan saja yang tahu maknanya. Persis seorang dukun yang merapal ritual untuk kesembuhan. Apa yang terjadi selanjutnya!”. Bagi saya, Iqbal kurang teliti dalam menghadapi sajak ini. Akhirnya, selesai analisa saya. Satu hal, bahwa segala yang masih “kabut” tentu seluruhnya menjadi begitu “kabut”, bahkan dalam hati dan perasaan. Maka pada-Nya lah kita berserah, pada Yang Paling Kabut, Si pemberi cahaya setelah “kabut”!

6. Teks puisi negeri kabut


Negri Kabut

Gemericik air yang kudengar
Berselimutkan piano
Menghiasi imajinasiku, malam ini
Kesadaranku berkata, "aku merindukanmu!"

Irama yang tercipta
Tak asing bagiku
Aku terbuai oleh nada-nadanya
Walau aku tak tahu siapa yang memainkannya

Ingin aku pergi ke negeri kabut
Bersamamu, kekasih yang rahasia
Karena bisa saja kita terjebak dalam lubang yang angkuh
Yang tak disangka, namun harus dihadapi

Sepanjang perjalanan
Hanya terdengar suara napasku
Terengah-engah naik turun bukit
Sibuk bercakap-cakap dengan diriku sendiri, sejak tadiNegri Kabut

Gemericik air yang kudengar
Berselimutkan piano
Menghiasi imajinasiku, malam ini
Kesadaranku berkata, "aku merindukanmu!"

Irama yang tercipta
Tak asing bagiku
Aku terbuai oleh nada-nadanya
Walau aku tak tahu siapa yang memainkannya

Ingin aku pergi ke negeri kabut
Bersamamu, kekasih yang rahasia
Karena bisa saja kita terjebak dalam lubang yang angkuh
Yang tak disangka, namun harus dihadapi

Sepanjang perjalanan
Hanya terdengar suara napasku
Terengah-engah naik turun bukit
Sibuk bercakap-cakap dengan diriku sendiri, sejak tadi

7. Teks puisi negeri kabut


Negri Kabut

Gemericik air yang kudengar
Berselimutkan piano
Menghiasi imajinasiku, malam ini
Kesadaranku berkata, "aku merindukanmu!"

Irama yang tercipta
Tak asing bagiku
Aku terbuai oleh nada-nadanya
Walau aku tak tahu siapa yang memainkannya

Ingin aku pergi ke negeri kabut
Bersamamu, kekasih yang rahasia
Karena bisa saja kita terjebak dalam lubang yang angkuh
Yang tak disangka, namun harus dihadapi

Sepanjang perjalanan
Hanya terdengar suara napasku
Terengah-engah naik turun bukit
Sibuk bercakap-cakap dengan diriku sendiri, sejak tadi

8. buatlah puisi tentang kabut asap


                                     kabut asap
oh kabut........mengapa???
mengapa engkau menyelimuti daerah kami

pergilah dan jangan juga ganggu daerah lain
kami sungguh sangat menderita
banyak kami yang sakit
karena asap mu yyang kotor itu
kami berjanji tidah akan memanggil kau lagi
sudahilah...........kami menderita.........
Kabut asap sejenak datang
Menemani fajarku yang tenang
Luruh bersama embun pagi
Menyelimuti ruang indah Illahi Panas dua hari ini
Rupanya di manfaatkan pembakar lahan di sini
Membakar semak-belukar tanpa hati
Membuat asap kembali menemani Sungguh tak berperasaan
Sungguh-sungguh dan sungguh keterlaluan
Mereka seakan tertawa dan terus menikmati
Kabut asap yang mereka kirim ke sini Pekanbaru kota melayu
Sejenak kabut asap kembali menyerbu
Terulang dan terulang di depan mata
Tetapi tetap mereka bisa mengulanginya

9. puisi bertema kabut asap


Kabut asap sejenak datang
Menemani fajarku yang tenang
Luruh bersama embun pagi
Menyelimuti ruang indah Illahi 

Panas dua hari ini
Rupanya di manfaatkan pembakar lahan di sini
Membakar semak-belukar tanpa hati
Membuat asap kembali menemani

Sungguh tak berperasaan
Sungguh-sungguh dan sungguh keterlaluan
Mereka seakan tertawa dan terus menikmati
Kabut asap yang mereka kirim ke sini

Pekanbaru kota melayu
Sejenak kabut asap kembali menyerbu
Terulang dan terulang di depan mata
Tetapi tetap mereka bisa mengulanginya

10. karya tulis kabut asap


Kabut asap berupa kumpulan dari racun dan bakteri...
Kabut asap sangat tidak baik untuk tubuh manusia...
Jika ingin tetap sehat,pakailah masker tiap saat....
Supaya tubuh kita tidak lemah...
hati pun menjadi riang

11. majas apa saja yang terdapat dalam puisi berjudul kabut dalam hujan januari karya taufik ismail?


SERASA MURID MURID KU INGIN BERNYANYI
SAMPAI PADAMU WARNA WARNA YG SERUPA
DISINI AKU DUDUK,JENDELAKABUT BERJALIN DINGIN
ADAKH ITU YG KAU BERI NAMA RINDU
NAPAS KANUT ANTAR DESAH PEPOHONAN


12. cara mencari tema dalam puisi kabut dalam hujan januari karya taufik ismail


Tema adalah garis besar sebuah teks. cara mencari tema adalah dengan membaca teks tersebut dan pahami maksud dari teks tersebut. yang perlu diingat adalah tema tidak sama dengan judul. tema itu lebih luas sedangkan judul lebih ke inti dari sebuah teks. maaf kalau salah ya saya juga masih belajar :)

13. majas apa saja yang terdapat dalam puisi berjudul kabut dalam hujan januari karya taufik ismail?


majas personifikasi,mf klo slh

14. teks puisi karya Oei Sien Tjwan berjudul Negeri Kabut


OEI SIEN TJWAN

NEGERI KABUT

negeriku jauh terbaring lelap di genggaman mimpi kanak-kanak
ada cemara-cemara tersangkut di hatinya
itulah musik kecil dengan lampu-lampu biru
di mana suara gaib mengalir bagai tetesan embun
seputarnya meleleh kapas-kapas putih
sayap-sayap merpati
api unggun
kejab mata malaikat
yang di musim panas atau dingin
selalu meringkuk di ranjang pengantin
berselimut tebal-tebal

Jakarta 1975


15. Buatlah puisi yang bertemakan tentang kabut.


Angin Bertiup Lebih Dingin
Udara ini lebih dari sejak
tidak juga membuat beku
Tetapi sangat Beda Dari biasanya

Sejauh-jauh mata memandang
tak mampu menembus warna kelabu
kutunggu dalam kesabaran
Hingga muncul titik terang

Bukan dari diding langit yang kelabu
Dalam hati yang tenang sekali
Ia Berbisik bisik
Rasakanlah....

Aku Terus Meraskan dan
Terus Merasakan
Pelan tapi pasti aku menemukan kesadaraan
Aku Tahu, sekarang aku lebih dari tau
Sesuatu yang ada belum tentu nampak

Langit Biru Yang Berawan Sering Aku Pandang
Bukit-bukit di kejahuan pasti tidak bergeser
Aku yakin semua masih ada di balik kabut
Kabut inilah yang menyelimutinya

Sebagaian Tersamar
Sebagaian lain tidak nampak
Sama sekali tidak nampak
Tapi Aku Yakin Semuanya Ada

Begitulah Aku Belajar
Aku Mengenali-mu Wahai Tuhanku.
Tak nampak di dalam kemampuan Mata
Tapi Aku Percaya bahwa engkau pasti ada

Dalam kabut aku belajar
Bahwa Engkau Tuhan-ku pasti ada
Tidak nampak bukan berarti tidak ada.
Kabut Telah Membuat Aku Yakin, bahwa engkau ada
Ditengah Padang rumput
Angin dingin berhembus
Menerpa diriku yang sedang kebingungan
Burung-burung terbang menjauh

Apa yang akan terjadi
Ada yang mendekati diriku
Kulihat sekeliling padat rumput
Terdapat awan putih
Yang menghampiri diriku

Oh tidak dia datang
Dengan sejuta senyum menyeramkan
Dia akan membuatku terdiam
Aku harus berlari menjauh

Dia adalah kabut
Seperti perangkap yang menjerat kancil
Perlahan dia mendekati diriku
Aku mulai ketakutan

Semua sudah terlambat
Dia lebih cepat dari larianku
Aku terperangkap dalam kabut
Seperti perangkap tapi dia seperti awan

Semua tampak menjadi samar
Dan ada yang yang tidak terlihat
Aku berjalan dengan terseok-seok
Mendekati cahaya suar

Tapi kabut menghilangkannya
Aku terdiam dan berdoa
Semoga kabut akan segera hilang
Kabutpun semakin tebal

Setelah sekian lama aku diselimuti kabut
Akhirnya Tuhan menjawab doaku
Dia menurunkan hujan untuk menghilangkan kabut
Aku bersyukur dan mengucapkan terimakasih

Cahaya suar semakin menyilaukan
Aku berlari sekencang mungkin
Dan aku dapat selamat
Dari kabut tebal yang menyeramkan



Video Terkait


Posting Komentar untuk "Puisi Negeri Kabut Karya Oei Sien"