Melanjutkan Cerpen Sepatu Butut
lanjutan cerpen sepatu butut
1. lanjutan cerpen sepatu butut
Jawaban:
dia mengembalikan sepatu itu pada andi
Penjelasan:
dia yang mengambil sepatu Andi mengembalikan nya dan membeli kan sepatu baru karena kasihan walaupun Andi orang berkecukupan
2. lanjutan cerpen sepatu butut
Jawaba: Aku pun melihat sepatu andi di lemari tersusun rapi, terbesit dibenakku untuk segera membuangnya. Ketika tanganku ingin menggapai sepatu andi, terdengar langkah kaki andi mengarah menujuku. Aku pun terkejut. Andi tidak menyadari aku ingin membuang sepatu bututnya, ia hanya melihatku dan kemudian pergi tanpa sepata kata pun keluar dari mulutnya.
Setelah Andi pergi, aku pun bergegas mengambil sepatu itu dan berusaha tidak ketahuan oleh Andi. Kupegang sepasang sepatu butut itu dengan perasaan bimbang. Seketika aku pun teringat sepasang sepatu yang tak layak pakai ini didapatkan andi dengan usaha andi sendiri. Malam itu aku tersadar untuk berfikir positif dan tidak jadi membuang sepatu Andi.
Penjelasan: ini dibuat menurut imajinasi sendiri
3. Melanjutkan cerpen sepatu butut
Cerpen tentang sepatu butut Jawaban Pendahuluan
Lanjutkan cerpen “5epatu Butut" ini secara bebas. Alur yang diputus adalah yang menuju bagian klimaks: membuang sepatu butut atau tidak. Apapun keputusannya dan bagaimana melakukannya selanjutnya tentukan bagaimana cerita berakhir.
Pembahasan
Sepatu Butut
Entah sudah berapa kali aku mengatakan padanya untuk mengganti sepatu bututnya itu. Kalau sepatu itu masih layak pakai sih mungkin tidak apa-apa. Tetapi sepatu itu sudah kelihatan sangat kumal, jauh dari kategori layak pakai. Walaupun orang tua kami bukanlah orang yang kaya. tetapi kurasa mereka masih mampu membelikan Andi sebuah sepatu baru yang lebih Iayak pakai.
Entah mengapa pula. hanya aku yang selalu memperhatikan sepatu bututnya Andi. Sepatu butut itu begitu menggangu pandanganku. Orang tua kami tidak pernah protes kalau Andi menggenakan sepalu butut itu lagi.
(rangkaian peristiwa)
Pagi ini kami akan berangkat sekolah. Lagi-lagi sepatu butut itu Iagi yang kuperhatikan. Tidak ada yang lain yang kuperhatikan dari Andi. Aku jadi malas bila berjalan dengannya. Aku malu bila harus berjalan dengannya. Seperti berjalan dengan seorang gembeel.
Sepatu butut itu begitu mengganggu pikiranku kenapa Andi tidak minta sepatu baru saja biar keren seperti teman-temannya, si Ivan dengan sepatu ketsnya, atau seperti Dodi dengan sepatu sportnya?
Di suatu malam, aku berpikir untuk menyingkirkan sepatu butut itu. Aku berencana membuangnya di hari Sabtu malam, karena kutahu ia akan mencucinya di hari Minggu. Jadi kalau di hari Minggu ia tidak menemukannya, masih ada kesempatan untuk membeli yang baru sehingga ia masih bisa masuk di hari Seninnya.
Untuk membuang sepatu butut tentu saja tidak memerlukan rencana yang rumit. cukup sederhana saja pasti aku bisa melakukannya, hanya tinggal menunggu Andi tidur di malam hari, dan kemudian aku tinggal menjalankan misinya. Hari yang kunantikan pun tiba. Segera aku bersiap menjalankan misiku. Kulihat Andi sedang tidak ada di rumah.
(komplikasi)
Aku lupa kalau Andi pergi bermain sepakbola di lapangan dekat rumah. Sepatu bututnya pun tidak ada di rak sepatu. Seandainya sepatu butut itu tidak dibawa, aku bisa membuangnya. Dan ketika Andi bertanya dimana sepatunya, aku bisa saja menjawab kalau sepatunya digondol tikus atau dipungut pemulung yang lewat.
“Ibu,” sapa Andi pelan dari belakangku. Terkejut aku mendengarnya karena sedang membayangkan skenario yang pas untuk membuang sepatunya.
“Baru pulang ya?” tanyaku setengah tergagap, sambil melihat sepatu butut yang sedang dipegangnya.
“Iya. Sepatu Dodi jebol, Bu. Bubar jalan deh,” katanya sambil membersihkan sepatunya dari tanah yang menempel.
Tiba-tiba ada rasa ingin bertanya kepada Andi, kenapa ia begitu saying dengan sepatunya.
“Ndi, Ibu boleh bertanya? Kenapa Andi tidak meminta sepatu yang baru kepada Ibu dan Ayah? Sepatu yang ini sudah kusam warnanya. Sol sepatunya pun sudah tipis. Dan lapisannya juga sudah mengelupas. Apa Andi tidak malu memakainya?” tanyaku penasaran.
“Ah Ibu. Ibu lupa ya dengan sejarah sepatu ini? Ini kan sepatu yang dibelikan oleh nenek sebelum nenek meninggal. Waktu itu nenek pulang dari rumah sakit. Di perjalanan pulang, nenek mampir ke toko sepatu. Meski dengan susah payah, nenek masih saja memilihkan sepatu untuk Andi. Bagaimana bisa Andi bisa menggantinya dengan yang lain, Ibu?” katanya sambil menatap sepatu bututnya.
Seperti ada sesuatu yang menyesakkan dadaku. Hampir dua tahun yang lalu, ibuku membelikan sepatu ini. Ibu berkata kalau ingin sekali membelikan sepatu karena sepatu Andi yang lama sudah tidak cukup lagi. Tanpa terasa ada genangan air di mataku.
(resolusi)
“Kalau Ibu mau membelikan Andi sepatu yang baru, Andi mau saja kok, Bu. Tapi ijinkan Andi menyimpan sepatu ini setelah mencucinya ya, Bu. Andi tahu kok kalau Ibu risih melihat Andi memakai sepatu ini karena sudah butut,” pinta Andi.
“Iya, Ndi. Boleh. Boleh sekali. Nanti sepatunya dicuci yang bersih, kemudian disimpan di tempat yang kering. Agar tidak mudah berjamur,” kataku terharu.
“Terima kasih, Ibu,” kata Andi sambil tersenyum.
Pelajari lebih lanjut
1. Mengenai pelajaran yang didapat dari cerpen Pohon Keramat, dapat dilihat di:
brainly.co.id/tugas/17513899
2. Unsur pada cerpen Pohon Keramat, dapat dilihat di:
brainly.co.id/tugas/17166116
----------------------------
Detil Jawaban
Kelas: IX
Mapel: Bahasa Indonesia
Bab: Menyusun Cerita Pendek (Bab 3)
Kode: 9.1.3
Kata Kunci: teks cerpen, cerpen Sepatu Butut, melanjutkan cerpen Sepatu Butut secara bebas
4. melanjutkan cerita cerpen sepatu butut
Melanjutkan cerita cerpen sepatu bututJawabanPendahuluan
Cerita "Sepatu Butut" merupakan salah satu contoh cerpen atau cerita pendek. Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal cerita pendek atau cerpen sebagai karya sastra yang unik. Hal ini tidak terlepas dari jumlah kata dalam cerpen yang kurang dari 10.000 kata. Selain itu, cerpen juga memiliki beberapa ciri khas. Salah satunya adalah penggunaan alur tunggal. Selain itu, cerpen juga dapat dikenali karena hanya menggunakan satu subyek atau peristiwa sebagai pusat perhatian dalam cerita.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal menyajikan kita dengan potongan cerpen "Sepatu Butut". Kemudian, kita diminta untuk melanjutkan potongan cerpen tersebut dengan bahasa ktia sendiri. Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Lanjutan
Aku pun bergegas dari tempatku untuk mencari tempat terakhir Andi menyimpan sepatunya. Tak butuh waktu lama sampai aku menemukannya, tapi ketika sepatu itu sudah berada tepat di depan mataku, aku merasakan kebimbangan tumbuh dalam hatiku. Apa yang akan terjadi kelak jika aku ketahuan? Apakah nanti Andi akan tahu kalau akulah yang sebenarnya membuang sepatu miliknya? Bagaimana perasaannya nanti? Apakah ia akan ngambek? Apakah ia akan marah padaku? Semua pertanyaan ini bergejolak dalam pikiranku. Aku bingung harus berbuat apa, tapi pada akhirnya kumantapkan diri untuk membatalkan niatku. Aku tak seberani yang kukira, ternyata.
Beberapa hari kemudian, aku melihat Andi mengenakan sepatu butunya kembali. Nampaknya ia benar-benar menyukainya atau mungkin sepatu itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Ya, pasti sepatu itu telah menjadi identitas dirinya. Tak pantas aku mengambilnya kupikir. Biarlah ia terus mengenakannya jika ia memang suka.
Kesimpulan
Cerpen merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang cukup terkenal karena singkat dan mudah dipahami.
Pelajari lebih lanjutMateri cerpen: https://brainly.co.id/tugas/9849021
Detil jawabanKelas: VIIIMata pelajaran: Bahasa IndonesiaKategori: Membaca cerpenKode kategori: 8.1.8Kata kunci: cerpen, sepatu butut
5. Melanjutkan Cerpen "Sepatu Butut" Secara Bebas
ada sebuah sepatu yang saaangat buruk dan menjadi butut
6. lanjutkan cerpen sepatu bututtpi agak panjang yahh lanjutannya
Jawaban:
kepanjangan:)
Penjelasan:
semoga membantu
7. Lanjutkan cerpen ini (sepatu butut) ini secara bebas
Lanjutkan cerpen “sepatu Butut" ini secara bebas. Alur yang diputus adalah yang menuju bagian klimaks: membuang sepatu butut atau tidak. Apapun keputusannya dan bagaimana melakukannya selanjutnya tentukan bagaimana cerita berakhir.
Pembahasan
Sepatu Butut
(Cerpen Ely Chandra Perangin-angin
(orientasi)
Entah sudah berapa kali aku mengatakan padanya untuk mengganti sepatu bututnya itu. Kalau sepatu itu masih layak pakai sih mungkin tidak apa-apa. Tetapi sepatu itu sudah kelihatan sangat kumal, jauh dari kategori layak pakai. Walaupun orang tua kami bukanlah orang yang kaya. tetapi kurasa mereka masih mampu membelikan Andi sebuah sepatu baru yang lebih Iayak pakai.
Entah mengapa pula. hanya aku yang selalu memperhatikan sepatu bututnya Andi. Sepatu butut itu begitu menggangu pandanganku. Orang tua kami tidak pernah protes kalau Andi menggenakan sepalu butut itu lagi.
(rangkaian peristiwa)
Pagi ini kami akan berangkat sekolah. Lagi-lagi sepatu butut itu Iagi yang kuperhatikan. Tidak ada yang lain yang kuperhatikan dari Andi. Aku jadi malas bila berjalan dengannya. Aku malu bila harus berjalan dengannya. Seperti berjalan dengan seorang gembeel.
Sepatu butut itu begitu mengganggu pikiranku kenapa Andi tidak minta sepatu baru saja biar keren seperti teman-temannya, si Ivan dengan sepatu ketsnya, atau seperti Dodi dengan sepatu sportnya?
Di suatu malam, aku berpikir untuk menyingkirkan sepatu butut itu. Aku berencana membuangnya di hari Sabtu malam, karena kutahu ia akan mencucinya di hari Minggu. Jadi kalau di hari Minggu ia tidak menemukannya, masih ada kesempatan untuk membeli yang baru sehingga ia masih bisa masuk di hari Seninnya.
Untuk membuang sepatu butut tentu saja tidak memerlukan rencana yang rumit. cukup sederhana saja pasti aku bisa melakukannya, hanya tinggal menunggu Andi tidur di malam hari, dan kemudian aku tinggal menjalankan misinya. Hari yang kunantikan pun tiba. Segera aku bersiap menjalankan misiku. Kulihat Andi sedang tidak ada di rumah.
(komplikasi)
Aku lupa kalau Andi pergi bermain sepakbola di lapangan dekat rumah. Sepatu bututnya pun tidak ada di rak sepatu. Seandainya sepatu butut itu tidak dibawa, aku bisa membuangnya. Dan ketika Andi bertanya dimana sepatunya, aku bisa saja menjawab kalau sepatunya digondol tikus atau dipungut pemulung yang lewat.
“Ibu,” sapa Andi pelan dari belakangku. Terkejut aku mendengarnya karena sedang membayangkan skenario yang pas untuk membuang sepatunya.
“Baru pulang ya?” tanyaku setengah tergagap, sambil melihat sepatu butut yang sedang dipegangnya.
“Iya. Sepatu Dodi jebol, Bu. Bubar jalan deh,” katanya sambil membersihkan sepatunya dari tanah yang menempel.
Tiba-tiba ada rasa ingin bertanya kepada Andi, kenapa ia begitu saying dengan sepatunya.
“Ndi, Ibu boleh bertanya? Kenapa Andi tidak meminta sepatu yang baru kepada Ibu dan Ayah? Sepatu yang ini sudah kusam warnanya. Sol sepatunya pun sudah tipis. Dan lapisannya juga sudah mengelupas. Apa Andi tidak malu memakainya?” tanyaku penasaran.
“Ah Ibu. Ibu lupa ya dengan sejarah sepatu ini? Ini kan sepatu yang dibelikan oleh nenek sebelum nenek meninggal. Waktu itu nenek pulang dari rumah sakit. Di perjalanan pulang, nenek mampir ke toko sepatu. Meski dengan susah payah, nenek masih saja memilihkan sepatu untuk Andi. Bagaimana bisa Andi bisa menggantinya dengan yang lain, Ibu?” katanya sambil menatap sepatu bututnya.
Seperti ada sesuatu yang menyesakkan dadaku. Hampir dua tahun yang lalu, ibuku membelikan sepatu ini. Ibu berkata kalau ingin sekali membelikan sepatu karena sepatu Andi yang lama sudah tidak cukup lagi. Tanpa terasa ada genangan air di mataku.
(resolusi)
“Kalau Ibu mau membelikan Andi sepatu yang baru, Andi mau saja kok, Bu. Tapi ijinkan Andi menyimpan sepatu ini setelah mencucinya ya, Bu. Andi tahu kok kalau Ibu risih melihat Andi memakai sepatu ini karena sudah butut,” pinta Andi.
“Iya, Ndi. Boleh. Boleh sekali. Nanti sepatunya dicuci yang bersih, kemudian disimpan di tempat yang kering. Agar tidak mudah berjamur,” kataku terharu.
“Terima kasih, Ibu,” kata Andi sambil tersenyum.
Pelajari lebih lanjut
1. Mengenai pelajaran yang didapat dari cerpen Pohon Keramat, dapat dilihat di:
brainly.co.id/tugas/17513899
2. Unsur pada cerpen Pohon Keramat, dapat dilihat di:
brainly.co.id/tugas/17166116
----------------------------
Detil Jawaban
Kelas: IX
Mapel: Bahasa Indonesia
Bab: Menyusun Cerita Pendek (Bab 3)
Kode: 9.1.3
Kata Kunci: teks cerpen, cerpen Sepatu Butut, melanjutkan cerpen Sepatu Butut secara bebas
8. lanjutan cerita cerpen sepatu butut
Jawaban:
"Aku benar-benar membulatkan tekad untuk membuang sepatu butut milik Andi. Tak pikir lama, Aku langsung menuju rak sepatu dan mencari sepatunya.
Aku pun melesat ke sana dan mencari-cari dimana sepatu itu berada. Berkali-kali Aku melihatnya di lokasi ini.
Namun, hal yang tak pernah Aku duga justru terjadi. Sepatu itu justru menghilang.
Aku tak dapat menemukannya meski semua sepatu yang berjajar di rak ini telah Aku pindahkan.
Dimana sepatu itu? Tiba-tiba Andi pun pulang.
Tak kusangka, ia mengenakan sepatu butut itu bahkan ketika ia main ke rumah temannya.
Andi pun bertanya padaku tentang apa yang kulakukan di rak sepatu. Dengan gugup Aku pun spontan menjawab mencari sepatunya dan ingin membuangnya.
Bukannya marah, Andi malah tersenyum padaku. Ia berkata bahwa ia sangat sayang dengan sepatunya.
Karena itu adalah hadiah pemberian dariku."
Penjelasan:
maaf klo slh
9. lanjutkan cerpen "sepatu butut" ini secara bebas
saat andi tidak berada di rumah aku mengambil sepatj butut andi secara diam diam dan membuangnya .setelah itu aku mengganti dgn sepatu yang baru tanpa di ketahui andi
sekian dari saya kalo ada salah mohon di maafkan
jangan lupa like nya ya boss !!
dan jangan lupa jadikan jawaban terbaik supaya bisa membantu lagi
10. lanjutan cerpen sepatu butut andi
Lanjutan
Aku pun bergegas dari tempatku untuk mencari tempat terakhir Andi menyimpan sepatunya. Tak butuh waktu lama sampai aku menemukannya, tapi ketika sepatu itu sudah berada tepat di depan mataku, aku merasakan kebimbangan tumbuh dalam hatiku. Apa yang akan terjadi kelak jika aku ketahuan? Apakah nanti Andi akan tahu kalau akulah yang sebenarnya membuang sepatu miliknya? Bagaimana perasaannya nanti? Apakah ia akan ngambek? Apakah ia akan marah padaku? Semua pertanyaan ini bergejolak dalam pikiranku. Aku bingung harus berbuat apa, tapi pada akhirnya kumantapkan diri untuk membatalkan niatku. Aku tak seberani yang kukira, ternyata.
Beberapa hari kemudian, aku melihat Andi mengenakan sepatu butunya kembali. Nampaknya ia benar-benar menyukainya atau mungkin sepatu itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Ya, pasti sepatu itu telah menjadi identitas dirinya. Tak pantas aku mengambilnya kupikir. Biarlah ia terus mengenakannya jika ia memang suka.
11. melanjutkan cerpen "Sepatu Butut" Secara Bebas
cerpennya gak ada, y mana bisa saya melanjutkan
12. Lanjutkan cerpen sepatu butut halaman 84
Jawaban:Cerpen tentang sepatu butut
Jawaban
Pendahuluan
Lanjutkan cerpen “5epatu Butut" ini secara bebas. Alur yang diputus adalah yang menuju bagian klimaks: membuang sepatu butut atau tidak. Apapun keputusannya dan bagaimana melakukannya selanjutnya tentukan bagaimana cerita berakhir.
Pembahasan
Sepatu Butut
(Cerpen Ely Chandra Perangin-angin
(orientasi)
Entah sudah berapa kali aku mengatakan padanya untuk mengganti sepatu bututnya itu. Kalau sepatu itu masih layak pakai sih mungkin tidak apa-apa. Tetapi sepatu itu sudah kelihatan sangat kumal, jauh dari kategori layak pakai. Walaupun orang tua kami bukanlah orang yang kaya. tetapi kurasa mereka masih mampu membelikan Andi sebuah sepatu baru yang lebih Iayak pakai.
Entah mengapa pula. hanya aku yang selalu memperhatikan sepatu bututnya Andi. Sepatu butut itu begitu menggangu pandanganku. Orang tua kami tidak pernah protes kalau Andi menggenakan sepalu butut itu lagi.
(rangkaian peristiwa)
Pagi ini kami akan berangkat sekolah. Lagi-lagi sepatu butut itu Iagi yang kuperhatikan. Tidak ada yang lain yang kuperhatikan dari Andi. Aku jadi malas bila berjalan dengannya. Aku malu bila harus berjalan dengannya. Seperti berjalan dengan seorang gembeel.
Sepatu butut itu begitu mengganggu pikiranku kenapa Andi tidak minta sepatu baru saja biar keren seperti teman-temannya, si Ivan dengan sepatu ketsnya, atau seperti Dodi dengan sepatu sportnya?
Di suatu malam, aku berpikir untuk menyingkirkan sepatu butut itu. Aku berencana membuangnya di hari Sabtu malam, karena kutahu ia akan mencucinya di hari Minggu. Jadi kalau di hari Minggu ia tidak menemukannya, masih ada kesempatan untuk membeli yang baru sehingga ia masih bisa masuk di hari Seninnya.
Untuk membuang sepatu butut tentu saja tidak memerlukan rencana yang rumit. cukup sederhana saja pasti aku bisa melakukannya, hanya tinggal menunggu Andi tidur di malam hari, dan kemudian aku tinggal menjalankan misinya. Hari yang kunantikan pun tiba. Segera aku bersiap menjalankan misiku. Kulihat Andi sedang tidak ada di rumah.
(komplikasi)
Aku lupa kalau Andi pergi bermain sepakbola di lapangan dekat rumah. Sepatu bututnya pun tidak ada di rak sepatu. Seandainya sepatu butut itu tidak dibawa, aku bisa membuangnya. Dan ketika Andi bertanya dimana sepatunya, aku bisa saja menjawab kalau sepatunya digondol tikus atau dipungut pemulung yang lewat.
Malam pun tiba. Andi sudah pamit untuk tidur. Aku yang setelah makan malam pura-pura telah, bergegas bangkit setelah Andi masuk ke kamarnya. Tempat yang kutuju adalah rak sepatu dan menemukan sepatu butut Andi. Aku masukkan sepatunya ke dalam plastik, tapi ...
“Ibu? Sepatu Andi mau dibawa kemana?” tanya Andi mengejutkanku.
Seperti maling yang kepergok, keringat dingin pun membasahi punggungku.
“Jangan dibuang, bu. Egak ada sepatu yang senyaman itu,” kata Andi sambil berkaca-kata.
“Tetapi kalau tidak dibuang, apa Andi tidak malu dengan teman-teman? Ibu saja malu kok. Ntar ibu dibilang egak mampu membeli sepatu baru buat Andi,” kataku tegas.
“Bukan begitu, bu. Kalau memakai sepatu yang lain, kaki Andi lecet, Bu,” kata Andi mulai merengek.
Aku hanya bisa terdiam melihat Andi. Aku tahu bagaimana nyamannya memakai sepatu butut. Tidak perlu takut pula apabila terkena air dan debu.
“Lagipula, sepatunya kan masih bisa dipakai, bu,” tangisnya makin kencang.
(resolusi)
“Baiklah. Baiklah. Sudah, jangan menangis lagi. Andi masih boleh memakai sepatu ini. Tapi dengan satu syarat,” kataku sambil memeluknya.
“Apa, bu?” tanyanya sesenggukan.
“Nanti ibu belikan sepatu baru. Selama kaki Andi menyesuaikan dengan sepatu barunya, sepatu lamanya boleh dipakai. Tapi jangan sering-sering ya,” kataku sambil menghapus airmatanya.
“Terima kasih, bu. Tapi Andi boleh memilih sendiri sepatunya kan, bu?” tanyanya sambil tersenyum.
“Boleh. Boleh. Tapi jangan mahal-mahal ya,” kataku sambil mengembalikan sepatu bututnya ke rak sepatu lagi.
Pelajari lebih lanjut
Untuk kelanjutan cerita Sepatu Butu dengan akhir yang berbeda, dapat dilihat di:
brainly.co.id/tugas/12658544
----------------------------
Detil Jawaban
Kelas: IX
Mapel: Bahasa Indonesia
Bab: Menyusun Cerita Pendek (Bab 3)
Kata Kunci: teks cerpen, cerpen Sepatu Butut, melanjutkan cerpen Sepatu Butut secara bebas
13. bagaimana lanjutan cerpen yg berjudul sepatu butut karya ely chandra?pidato sepatu butut
saat andi tidak berada di rumah aku mengambil sepatu butut andi secara diam diam dan membuangnya .setelah itu aku mengganti dgn sepatu yang baru tanpa di ketahui andi
sekian dari saya kalo ada salah mohon di maafkan
jangan lupa like nya ya boss !!
dan jangan lupa jadikan jawaban terbaik supaya bisa membantu lagi
14. Jawaban yang lain dari lanjutan cerpen sepatu butut.
maafsayabolehtahusoal atau gambarnya?
15. tuliskan masing masing 5 lanjutan cerpen sepatu butut
1.suatu hari ani membeli sepatu baru.Ani sangat menyayangi sepatu itu,hingga tahun depan,Ani selalu memakai spatu itu, Akhirnya sepaatu Ani. yg bagus menjadi sepatu butut.
2.ebi mempunyai sepatu Baru yg sudah Tak terpakai karena ebi dibelikan sepatu Baru oleh kakeknya.sepatu yg sudah Tak terpakai ITU menjadi sepatu butut.Dan sampai sekarang sepatu ITU dijuluki dengan "sepatu butut milik edo``
3.sepatu milik kakekku sudah lama.jadi sekarang Aku juluki sepatu iti sepatu butut.
4.Dulu ayahku seorang penjahit sepatu pesanan orang.Hingga sekarang sepatu itu belum juga diambil miliknya jadi selama INI sepatunya Telah menjadi sepatu butut.
5.Dulu nenekku memiliki toko sepaTU ia menjual banyak sepatu,Lima tahun kemudian,nenekku mninggalkan toko ITU.Aku juga Tak tau Mengapa nenekku meninggalkan toko sepatu ITU.Akhirnya seteleh Lima tahun,nenekku meninggalkan toko ITU.sepatu yg ada disana menjadi sepatu butut.
Posting Komentar untuk "Melanjutkan Cerpen Sepatu Butut"